Masa pubertas adalah fase penting dalam tumbuh kembang anak. Secara fisik, mereka mulai menunjukkan tanda-tanda kedewasaan. Namun dalam Islam, yang lebih utama dari sekadar perubahan tubuh adalah kesiapan anak dalam memahami tanggung jawab sebagai seorang mukallaf—yang mulai melaksanakan syariat.

Bagi orang tua muslim, masa ini bukan hanya tentang bagaimana menjelaskan perubahan tubuh, tetapi juga momentum untuk memperkuat keimanan, adab, dan kedekatan anak pada Allah ﷻ.


1. Menjadi Sahabat yang Terbuka

Islam menganjurkan komunikasi yang penuh kasih sayang antara orang tua dan anak. Rasulullah ﷺ adalah teladan dalam menyampaikan nasihat dengan lembut dan dialogis. Maka, bukalah ruang diskusi. Dengarkan keluhan mereka, dan bantu menjawab dengan sabar. Buat anak merasa nyaman bertanya tentang apapun—termasuk perubahan tubuh, emosi, bahkan perasaan terhadap lawan jenis.


2. Jelaskan Makna Baligh dan Tanggung Jawab Syariat

Di masa pubertas, anak mulai terkena kewajiban salat, puasa, dan hukum-hukum syariat lainnya. Ajarkan bahwa ini bukan beban, tapi kemuliaan dari Allah yang menjadikan mereka hamba-Nya yang terpilih untuk bertanggung jawab. Gunakan pendekatan cerita, seperti kisah sahabat muda: Usamah bin Zaid, Ali bin Abi Thalib, atau Aisyah radhiyallahu ‘anhuma.


3. Arahkan dengan Adab dan Akhlak Islami

Pubertas membuat anak ingin lebih mandiri dan kadang emosinya belum stabil. Di sinilah peran penting orang tua—bukan hanya sebagai pengingat, tapi juga teladan. Tunjukkan adab Islami dalam berpakaian, berbicara, dan bersosialisasi. Ajarkan bahwa menjaga diri, menundukkan pandangan, dan menjaga hati adalah bentuk kehormatan dalam Islam.


4. Bekali dengan Ilmu Fikih Seputar Pubertas

Tak jarang anak malu menanyakan hal-hal yang mereka alami. Maka, penting bagi orang tua dan guru membekali mereka dengan ilmu dasar seputar thaharah (bersuci), mimpi basah, haid, istihadhah, dan lainnya. Ilmu ini akan membentengi mereka dari rasa bingung atau salah dalam bersikap.

Di SDIT Ma’arif Makassar, pendampingan masa pubertas menjadi bagian penting dari pembinaan karakter santri. Pendekatan dilakukan dari dua sisi utama: emosional dan keilmuan fikih.

Melalui kegiatan counseling, diskusi kelas, serta pelajaran adab dan fikih thaharah, para santri diberi pemahaman tentang pentingnya menjaga kebersihan diri, mengelola emosi, serta kesiapan menyambut tanggung jawab sebagai seorang muslim yang baligh.

“Kami tidak ingin santri hanya paham secara teori, tapi juga kuat secara emosi dan akhlak. Maka, kami dampingi mereka dengan pendekatan yang hangat, terarah, dan berlandaskan ilmu syar’i,” ujar Kepala SDIT Ma’arif Makassar, H Mubarak Bakry SThI MThI.


5. Jadikan Rumah sebagai Ruang Tumbuh yang Aman

Rumah adalah madrasah pertama. Ciptakan suasana rumah yang ramah dan Islami. Libatkan anak dalam aktivitas spiritual seperti salat berjamaah, tadarus bersama, atau diskusi ringan soal nilai Qurani. Anak yang tumbuh dengan cinta dan keteladanan di rumah, akan lebih kuat menghadapi tantangan luar.


Dampingi dengan Cinta dan Doa

Tidak semua anak mengalami pubertas dengan cara yang sama. Ada yang terbuka, ada yang tertutup. Ada yang cepat stabil, ada yang belum. Maka, tugas utama kita adalah membersamai, mendoakan, dan membimbing dengan cinta dan kesabaran.

Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.”
(HR. Bukhari & Muslim)

Semoga Allah ﷻ memudahkan kita dalam mendidik anak-anak menjadi generasi Qurani yang kuat iman, akhlak, dan ilmunya.


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *